Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Jalan-jalan Pertama

Aku jadi ingat pertama kali saat aku memberanikan diri untuk keluar malam hari di salah satu kota yang tidak jauh dari daerah asalku, Tangerang. Aku mengendarai motor milik salah satu teman kost-ku. Menelusuri malam untuk beberapa jalur kota, pinggiran Mall Bale Kota. "Kamu dimana?" "Aku tunggu dihalte ya." Setelah beberapa saat aku menunggu laki-laki itu, akhirnya ia muncul juga (dikira jin kali muncul) hehe Ada rasa tidak karuan didalam hati, senang tapi takut. "Mas mau kemana kita?" tanyaku. "Mmmm terserah mba mau kemana", katanya. "Mau pakai dua motor?" lanjutnya. "Iya". jawabku singkat (sambil mesem-mesem=bukan semar mesem ya) "Satu motor aja yuk! Motor itu simpan dulu ke kosan gimana?" katanya dengan banyak berdebatan, haha akhirnya aku mengalah. Dipertengahan jalan saat aku akan kembalikan motor temanku, kereta akan segera lewat dan pada akhirnya laki-laki itu terjebak palang kereta. Aku tertawa k

Saya akan MENULIS, lagi!

Dua tahun lalu, masih ku ingat rasanya bergelut dengan malam Sampai tak ada kata lain yang aku tuliskan selain rayuan Suara jangkrik menemani dikala aku sendirian Hanya menatap layar berukuran lengan kanan Kudapati sebuah symphony jiwa perlahan Ada damai bersemayam yang kini hilang Aku rindu hayalan.. Hayalan nyata yang tersemogakan Aku rindu bait cerita Pada nada yang mengiringi suasana jiwa Malam menjadi pengingat terbaik  Menjadi daya kuat aliran detak jantung bagai berlari Tidak ingin berhenti, Menulis. Tangerang, 24 April 2018 -Maidina Afaf-

Apakah Boleh Bekerja pada Non-Muslim??

Bismillahirrahmanirrahim.. Semoga Allâh memberi anda ilmu yang bermanfaat dan rejeki yang halal. Boleh bagi seorang Muslim untuk bekerja pada orang kafir. Di antara dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Ka’b bin ‘Ujrah Radhiyallahu anhu bahwa beliau berkata : أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى الله عليه وسلم يَوْماً، فَرَأَيْتُهُ مُتَغَيِّراً. قَالَ: قُلْتُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّيْ، مَا لِي أَرَاكَ مُتَغَيِّراً؟ قَالَ: مَا دَخَلَ جَوْفِي مَا يَدْخُلُ جَوْفَ ذَاتِ كَبِدٍ مُنْذُ ثَلاَثٍ. قَالَ: فَذَهَبْتُ، فَإِذَا يَهُوْدِيٌّ يَسْقِي إِبِلاً لَهُ،  فَسَقَيْتُ لَهُ عَلَى كُلِّ دَلْوٍ تَمْرَةٌ، فَجَمَعْتُ تَمْراً فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم. فَقَالَ: مِنْ أَيْنَ لَكَ يَا كَعْبُ؟ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: أَتُحِبُّنِي ياَ كَعْبُ؟ قُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ نَعَمْ. Saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  pada suatu hari, dan saya melihat beliau pucat. Maka saya bertanya, ‘Ayah dan ibu saya adalah tebusanmu. Kenapa engkau pucat ?’
ada yang ingin saya ceritakan melalui tulisan ada kisah yang cukup menginspirasi didalamnya ada ketidakmungkinan yang terlintas dibenak pembaca ada ketidakyakinan atas imajinasi harapan seorang manusia mungkin saja yang nanti ku ceritakan hanya menjadi sebutan "takdir" atau sebuah luka atas ketidakpastian rasa dan asa atau suatu pertanyaan yang tidak pernah ku ketahui jawabannya aku sudah melupakan! tapi aku ingin tetap menulisnya, sebagai pelajaran hidup untuk masa yang akan datang suamiku.. terima kasih, telah mencintaiku semulia ini salah satu keindahan yang aku miliki Allah luar bisa, tidak akan pernah ada cara bagiku untuk tidak bersyukur bahwa bersamamu cerita ini ku mulai